Sunday, November 4, 2018

BBM 22 JALAN DEPAN RUMAH


Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Gambar mungkin berisi: langit dan luar ruangan

Gambar mungkin berisi: 2 orang, sepatu dan luar ruangan

Gambar no. 4/11
Foto hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018
Ternyata SUMITOMO tidak datang sendiri. Dia hadir dengan banyak teman sebagai pengombyong. Wah terbukti dunia memang hanya sedaun kelor. Ternyata ada yang sudah aku kenal, asli dari tempat bersejarah yang terkenal pula. Yakni wilayah Mangir, siapa yang tak kenal dengan Ki Ageng Mangir? Emm... kalau dirunut ceritanya jadi berbelok nanti. Silakan berkunjung sendiri ke Mangir. Selain ada cerita sejarah, juga sudah ada Kuliner Gudeg Manggar Mangir lho. #dpubantul

Gambar mungkin berisi: langit, pohon dan luar ruangan

Gambar no. 5/11
Foto hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018
Yang menarik adalah bunga kamboja Kuning milik ibu Yulita. Serasi dengan warna kulit SUMITOMO. #dpubantul


Gambar no. 6/11
Foto hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018
SUMITOMO dan rekannya yang bernama HAMM berwarna orange. Mereka menjadi saksi bahwa hari ini masih ada pohon kelapa gading disebelah rumah kami. Tampak blarak atau pelepah daunnya menjuntai ke jalan. Sayang hari ini bukan saat panen, sehingga kami tidak bisa menjamu SUMITOMO dan HAMM dengan kelapa muda. #dpubantul


Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Gambar no. 7/11
Foto hari sabtu tanggal 14 Juli 2018
Jalan sepanjang depan rumah yang sangat rusak. Sering disebut bagai berjalan diatas sungai kering. Terkenal karena parahnya, bahkan menjadi pilihan bengkel mobil untuk mencoba mobil yang sudah selesai di servis guna
diuji lagi di jalan tersebut. Katanya sekalian untuk tes, mungkin masih ada bagian yang perlu diperbaiki lagi. Kalau lewat jalan yang halus, kerusakan itu tidak terdeteksi. Ehh.. ehh.. ehh.. ngenyek tenan. Sore ini sudah halus ya... Maturnuwun DPU Bantul. #dpubantul




Gambar mungkin berisi: langit, pohon dan luar ruangan



Gambar no. 8/11
Foto hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018
Ini lho bukti kalau sekarang sudah tidak seperti sungai kering. #dpubantul


Gambar mungkin berisi: langit dan luar ruangan

Gambar no. 9/11
Foto hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018
Sekarang bahasa jawa ngoko ya.
SUMITOMO karo HAMM saiyek saekoproyo nyambut gawe tembayatan. Ngenet-enet lurung karep ben alus. Gawe penak wong kang liwat. Luwih-luwih tumrap simbok kang adol kayu kanggo genen. Kaprahe kayune ditaleni ono ing boncengan pit onta wedok iring mburi. Menowo kayune sing digowo ora patiyo okeh, simbok iku iso nyincingake nyampinge banjur serdek-serdek ngonthel pit ontane. Ananging menowo kayune okeh, yo abot to yo... mulo pite mung dituntun wae gliyak-gliyak menyang pasar.#dpubantul


Gambar mungkin berisi: tanaman dan luar ruangan

BBM no. 22 BOYONGAN BIOPORI

Foto hari Rabu tanggal 20 Juni 2018
Gambar no. 1/6
Biopori yang pertama dibuat hari Minggu tanggal 24 April 2011, sekarang harus bergeser pindah tempat disebelah timur. Sebanyak 8 lobang biopori harus dibongkar. Sewaktu ada pertemuan ronda, tempat terasa cukup sempit. Karenanya biopori yang harus mengalah pindah tempat.


Gambar mungkin berisi: 1 orang, tanaman dan luar ruangan


Foto hari Rabu tanggal 20 Juni 2018
Gambar no. 2/6
Mumpung bapak dan anak masih libur, menjadi tugas mereka berdua untuk memindahnya. Sekalian menambah kebersamaan ya... kegiatan hari libur yang menghasilkan karya bermanfaat. Terutama untuk ibunya yang banyak kegiatan memasak di dapur. Buang sampah organiknya tinggal plung... plung... plung... matur nuwun banget.


Gambar mungkin berisi: tanaman dan luar ruangan

Foto hari Minggu tanggal 1 Juli 2018
Gambar no. 4/6
Tampak dua lubang biopori yang baru.

Gambar mungkin berisi: tanaman dan luar ruangan


Foto hari Minggu tanggal 1 Juli 2018
Gambar no. 5/6
Tampak lima lubang biopori yang baru. Jadi jumlah biopori yang semula ada 9 lubang, sekarang tinggal punya 7 lubang saja. Karena bis betonnya yang 2 biji pecah saat dipindah. Tak apalah, semoga awet dan tak berkurang lagi jumlahnya.


Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Foto hari Minggu tanggal 1 Juli 2018
Gambar no. 6/6
Tempat 8 lubang biopori yang beralih fungsi bisa untuk pertemuan ronda. Nah, selesai sudah catatan tentang biopori. Awal dibuat ada 10 lubang. Berubah jadi 9 lubang karena yang satu lubang harus hilang, tempatnya untuk keperluan lain. Sekarang tinggal 7 lubang karena yang dua pecah saat dipindah. (dan tempatnya juga lebih sempit). Saya memerlukan catatan sejarah ini, karena akan tetap nenjaganya selagi masih mampu. Dengan niat untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan. Juga untuk memudahkan diri sendiri dalam membuang sampah organik.
Gambar mungkin berisi: makanan

BBM no. 23
Jum'at 20Juli 2018 Foto hari ini no. 1/2
KERING BASAH
Pagi sebelum subuh sudah harus di dapur membuat kering tempe kesukaan anak lanang. Bahan yang perlu disiapkan : 50 bungkus tempe kedele. Minyak goreng. Bawang merah dan putih, kemiri, daun salam, garam. Secukupnya. Cabai sedikit
saja supaya anak lanang tidak kepedesen. Cara membuat : kupas tempe, bawang merah dan putih. Buang sampahnya di BIOPORI. Tempe diiris tipis-tipis lalu digoreng kering. Bumbu semua dihaluskan kecuali daun salam. Tumis bumbu dengan minyak yang agak banyak. Wooh... ada yang kurang. Sebelumnya siapkan gula merah 5 lirang atau 2,5 tangkep. Bagaimana ya menjelaskan apa itu Lirang dan Tangkep. Itu ukuran cetakan gula merah didaerah kami yang menggunakan bathok atau tempurung kelapa. Untuk mudahnya, dalam memasak kering ini dibutuhkan gula merah yang banyak. Kalau ada yang tanya lagi, banyak itu seberapa? Kan bisa diukur. Aahh nggak usah ribet lah bu-ibu. saya sendiri nggak pinter masak. Tapi saya yakin : Ilmu iku nemplek kelawan laku. Maksudnya bila bu-ibu sering praktek memasak pasti lambat laun akan menemukan komposisi bumbu yang pas. Seperti juga proses saya dalam belajar menulis ini. Maju terus pantang mundur terlepas ada yang mau baca atau nggak. Setidaknya saya tulis sendiri dan saya baca sendiri. Hehehe...
Aduh kok malah betikung panjang, keburu gosong nanti tumis bumbunya. Masukkan gula merah yang sudah diiris-iris titis, supaya cepat hancur. Sangrai sampai remambut atau menjadi karamel. Masukkan tempe yang sudah digoreng. Aduk campur hingga tempe berselimut bumbu. Jangan lupa kecilkan api kompornya. Nah selesai dan siap dimasukkan kaleng.
Gambar mungkin berisi: makanan dan dalam ruangan

Jum'at 20 Juli 2018
Foto hari ini no. 2/2
Kering kok basah? Apa ya maksudnya? Ini untuk anak lanang yang tinggal di pesantren. Sebagai orangtua yang cubluk (minim dalam ilmu) kami hanya bisa berdoa agar semoga uang yang untuk beli tempe dll termasuk pendapatan yang halal. Saya mulai mengupas daun tempenya seraya selalu teriring doa baik kadang terlantun atau hanya dalam kalbu. Setelah subuh, si dia ikut ke dapur. Kami memasak bersama untuk anak lanang sampai kering tempe siap dikemas. Biasanya saya kalau memasak kadang terlalu asin. Sampai menulis ini pun saya belum mencicipi. Walah le, nanti kalau kasinen, maemnya pakai kuah ya... Baru saja kering tempe keluar rumah dibawa suami untuk diantar ke pondok anak lanang. Pergi keluar rumah juga sarat dengan doa. Alhasil masakan pagi ini adalah KERING tempe yang BASAH terbasuh doa dari bapak dan ibu dari awal memasak sampai mengantarnya. Dimaem bersama-sama teman yo le... berbagi itu BAROKAH... luber tak bertepi.
Gambar mungkin berisi: makanan
BBM no. 24
Jum'at 20 Juli 2018
Foto hari ini no. 1/2
GADUNG
Adalah sejenis umbi yang tumbuh menjalar. Banyak terdapat didaerah sekitar hutan. Umbi gadung gampang-gampang sulit mengolahnya. Kalau tidak pandai, bisa jadi membuat mabuk yang memakannya. Gadung yang sudah dipanen dikupas, diiris tipis-tipis, dijemur pada terik matahari. Digoreng seperti kerupuk. Rasanya gurih-gurih nagih, renyah dan tak kelat dilidah. Dalam gambar adalah gadung super yang sudah diberi bumbu. Tinggal goreng dengan api sedang dan minyak goreng yang komlang atau banyak. Jangan kelamaan ya gorengnya, nanti gosong. Cukup pyuuurrr sebentar lalu tiriskan. Siap dihidangkan.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 24
Jum'at 20 Juli 2018
Foto hari ini no. 2/2
Beberapa hari lalu saya mendapat rejeki dari teman berupa gadung mentah super. Waduh kok banyak banget. Padahal di rumah saya hanya berdua dengan si dia, kapan habisnya? Aah kesempatan nich untuk berbagi. Saya masukkan pada plastik yang lebih kecil. Sambil membagi, selalu terbayang wajah teman yang memberi. Usianya sedikit lebih muda daripada saya. Tinggal di komplek Sekolah Luar Biasa dan berjualan disitu, semacam kantin lah. Tidak hanya sekolahnya yang luar biasa. Ibu kantinnya pun lebih luar biasa. Untuk anak yang bekalnya sedikit, temanku tidak owel atau tidak pelit untuk memberi harga yang lebih murah. Karena tahu sifatnya seperti itu, ada teman lain yang sesekali menitip uang pada ibu tersebut dengan akad : ini untuk jajan anak-anakmu. Ada lagi kebiasaanyang lain yang tak perlu saya uraikan. Intinya dia hoby berbagi. Saat ini yang saya lakukan hanyalah meniru kebiasaannya. Padahal kalau dilihat orangnya, nggak nyangka deh. Gendut, rambut potong pendek. Ibu ini waktu mudanya juga jagoan pencak silat. Menilai orang nggak sekedar dari penampilannya ya. "Kok tidak digoreng dulu, biar terlihat lebih banyak", suara suami menghentikam lamunanku. "Nggak usah bang, meski tampak sedikit, kalau digoreng jadi satu piring lho. Juga supaya masih hangat saat dinikmati", sanggahku. Hihihi...alasan pemalas yang nggak mau repot. Terimakasih teman telah mengajariku berbagi. Berbagi itu BAROKAH... luber tak bertepi.

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 25 L U K I S A N
Gambar 1/3
Foto hari Minggu tanggal 29 Juli 2018
Terimakasih ibu ucapkan pada teman belajar saya dari sanggar ORANYENI yang telah mengantar lukisan tersebut di hari LEBARAN ke tiga tanggal 17 Juni 2018 hari Minggu. Sak brayat berkenan singgah di rumah, maturnuwun sanget njih. Meski sederhana tapi bagiku sangat sarat makna. Pada lukisan tertulis Hari Ibu Kamis 22 Desember 2016 yang menandai mulai pertama saya menulis di blog dengan urutan BBM no.1 dan yang seterusnya. Yang baru saya tulis ini adalah Busur Belajar Menulis urutan no. 25. Dulu di hari ibu tahun 2012 pernah belajar menulis di blog tetapi hanya tayang sekali lalu kandas tak bangkit lagi. Untuk kebangkitan yang ke dua yakni di hari ibu 2016 berharap diberi kemampuan untuk istiqomah. Bukan membaca hasil, sudah pasti belum bagus tetapi menikmati proses yang terasa mengasikkan, setidaknya membuat saya lebih semangat untuk belajar. Saya seorang ibu, saya termasuk Kartini jaman now berusaha menuangkan apa yang ada dalam benak saya, lewat tulisan yang tak akan hilang walau saya sudah berpulang. Nama saya Bu Sur. Saya istri dari Pak Sur. Semua langkah saya harus dalam ranah yang dia ridho. Termasuk jauh jangkau anak panah yang melesat, hanya sebatas ridhonya. Puji sukur selama ini saya leluasa mengekspresikan banyak keinginan yang didukung oleh Pak Sur dan kedua buah hati kami. Terimakasih buat keluarga kecilku.

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no.25 L U K I S A N
Gambar no. 2/3
Foto hari Minggu tanggal 29 Juli 2018
Dari pintu masuk rumah, lukisan itu terpasang di dinding sebelah kiri. Sengaja saya pasang disitu agar setiap masuk dan keluar rumah selalu melihatnya. Saat duduk pun lukisan pasti akan tetap terlihat. Sebagai pengingat bahwa saya punya rumah mungil di dunia maya yang perlu aku rawat, perlu aku asah, perlu aku jaga utuh bangunannya dengan menambah dan menambah lagi tulisan-tulisan baru sebagai warisan dikemudian hari.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 25. L U K I S A N
Gambar no. 3/3
Foto hari Minggu tanggal 29 Juli 2018
Lukisan yang ini sebagai pengingat hati. Saat membuka pintu dan masuk rumah, terpajang di tembok sebelah kanan. Kalau lukisan pertama sebagai pemacu istiqomah untuk selalu berkarya, lukisan yang lebih besar ini sebagai rohnya. Roh dalam setiap tindak batin yang tertuang dalam karya secara lahir. KepadaNya aku sandarkan hati. Kata orang jalan tak selalu mulus, kerikil bahkan batu pun akan mewarnai dalam hidup. Angin sepoi terasa nyaman untuk dinikmati. Tapi kalau angin ribut? Karena angin juga memiliki banyak nama, kadang sepoi, kadang ribut, bahkan puting beliung dsb. Warnapun tak hanya pelangi, namun juga perpaduan daripadanya. Termasuk lukisan ini, perpaduan dari banyak warna sehingga huruf demi huruf dapat terbaca. Termasuk kita... mewarnai kehidupan ini dengan cara, gaya dan sikap yang tidak sama dalam alur ceritanya. Aku berharap, dengan membaca itu disetiap hari, akan tumbuh pencerahan dikalbu. Untuk selalu belajar. Ngangsu kawruh arepo mung sak klimat. Hingga pada saatnya nanti, aku bukan termasuk orang yang merugi.

Gambar mungkin berisi: 1 orang

BBM no. 26
BUKU. Gambar no. 1 Foto hari ini, Minggu 12 Agustus 2018
Tadi pagi hingga jelang sore aku bersama mereka berdua dan 111 teman lainnya. Semua aktivitas ku hari ini tak lepas dari kemauannya mengantar sampai Red Chilies Hotel di Solo. Berangkat dari rumah pukul 6.15 menuju terminal bus Giwangan, turun langsung sampai di hotel tersebut. Pulangnya juga tinggal menyeberang lalu naik bus balik ke Yogyakarta. Sampai rumah sekitar pukul 17.15. Dianya hanya menungguku di lobi hotel. Supaya tak jemu, sudah aku siapkan buku Catatan Hati Menuju Baitullah karya ibu Sri Sugiastuti yang belum dibacanya. Eheemmm sambil mengikuti acara tersebut, sebenarnya ada perasaan lain yang melambung. Kayaknya sesuatu banget deh, mau seharian menungguku. Jadi teringat hari Jumat tanggal 21 Oktober 2016 saat mengantar ku bertemu perdana dengan komunitas Omah Aksara di warung kopi Lembayung. Huhuhu... sedih deh, sudah pukul sepuluh malam lebih belum bisa sampai rumah karena ban sepeda motor yang bocor. Kau menuntun jauuhhh. "Coba bang, gantian aku yang menuntun motornya". Jawabnya, "Jangan... apa kata orang kok malah istrinya yang menuntun motor, lihat tuh didepan ada banyak orang ronda". Menawarkan diri karena ini semua gara-gara menuruti keinginanku. Hasilnya aku lalu punya WA, Email, FB, IG dan Blog.

Hari ini terulang lagi pengorbananmu menahan kantuk. Semalam ronda dan persiapan 17an di kampung. Karenanya aku harus membuktikan kesungguhan tekat. Sebentar lagi kau harus membaca buku baru. Buku hasil karyaku, bukan orang lain. Terimakasih bang, anak panahku hanya akan melesat sejauh batas ridhomu. Selalu aku genggam itu.

Gambar mungkin berisi: 9 orang, termasuk Yayuk Prasetyaningsih, orang tersenyum

BBM no. 26 judul : BUKU
Gambar no. 2 Foto hari ini, Minggu tanggal 12 Agustus 2018
Kami duduk berderet paling depan, interaksi pertama adalah berkenalan dengan samping kanan dan kiri. Aku mencatat tiga nama disamping kanan dan satu disebelah kiri. Kebetulan mereka semua guru hebat, karena telah meluangkan waktu berkolaborasi menghimpun energi. Ada yang sebaya, tentunya lebih banyak yang muda. Kebo nyusu gudel peribahasa jawa berlaku disini. Saya yang lebih tua, berguru pada yang muda.

Gambar mungkin berisi: 2 orang, termasuk Yayuk Prasetyaningsih, orang duduk

BBM no. 26
Judul : BUKU
Gambar no. 3
Foto hari ini, Minggu tanggal 12 Agustus 2018 Dua peserta presentasi outline buku yang akan ditulis. Saya berkesempatan maju, setelah sebelumnya laptop macet. Sudah pasti tidak karena rusak, hanya penggunanya saja yang gaptek. Hehehe... PD aje. Disini tidak perlu malu. Namanya juga arena belajar. Saya sendiri tidak tahu apa itu outline? Yang saya kerjakan hanya membaca beberapa buku lalu mencontoh urutannya. Dari kata pengantar sampai profil penulis. Apa yang bisa diambil dari caption ini?
Beberapa temanku di IG ada yang masih SLTA. Saran ibu, "Ayo nak, berkarya tentang sesuatu sesuai minat masing-masing. Waktu sangat cepat sekali lenyapnya. Tak pernah surut kebelakang, selalu melaju berganti terbaharui. Tapak seperti apa yang akan kau ukir disaat kakimu sudah berpindah kedetik yang berikutnya? Semoga harum yang kau tebar. Semoga rona indah pelangi yang kau tinggal. Doa ibu selalu untuk generasi muda yang baru mekar. Amiin.

Gambar mungkin berisi: 7 orang, orang tersenyum, orang berdiri

BBM no. 26
Judul : BUKU
Gambar no. 4
Foto hari ini, Minggu tanggal 12 Agustus 2018
Bersama mereka, ada yang sudah menerbitkan buku. Ada juga yang masih pemula seperti aku. Kuncinya satu : jangan malu. Jaga agar sepoi angin malu untuk bertanya tidak menerpa kita. Tidak menggilas semangat. Padamkan malu, hidupkan energi untuk mengejar kawan yang terdepan.
Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang tersenyum, orang berdiri

BBM no. 26
Judul : BUKU
Gambar no. 5
Foto hari ini, Minggu tanggal 12 Agustus 2018
Bertemu orBa. Bukan orde baru ya pembaca, tapi orang Bantul asli. Begitu tahu saya tinggal Bantul, adik penulis yang lebih muda itu mendekati aku. Bekerja di kota Temanggung yang agak kesonoo... Wonosobo lebih tepatnya. Kalau boleh aku merubahnya, bukan orde baru seperti masa silam, namun Ornamen Bahagia. Yang termotivasi untuk selalu menebar aura karya pengobat duka pendatang tawa. Eemm... Gimana ya pembaca bahasa ringkasnya? Menghasilkan tulisan yang nyenangkan gitulah...
Gambar mungkin berisi: 9 orang, termasuk Ratna Syifa'a Rachmahana, orang tersenyum, orang berdiri

BBM no. 26
Judul : BUKU
Gambar no. 6
Foto hari ini, Minggu 12 Agustus 2018
Aih.. aih.. ibu cantik yang berada disebelah kiri daku. Gayanya itu lho.. sambil sedikit melipat lutut.. Aku tak dapat luwes menirunya. Kalau tak seimbang bisa njomplang kedepan. Tak apalah, selalu sukur, kemana-mana slalu berdua. Seperti di hari ini.
Gambar mungkin berisi: 6 orang, orang berdiri

BBM no. 27
Judul : Karnaval 17-8-1974
Buka-buka foto jadul, hanya satu yang ada kaitannya dengan bulan Agustus. Ini karnaval untuk memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus pada tahun 1974 di kampung Mergangsan lor, gang Manuk Beri, jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
Kala itu jalan Taman Siswa masih lengang. Belum padat kuliner seperti sekarang. Seberang timur sisi utara gang Manuk Beri masih ada pemjual balok kayu yang besar-besar. Sedang seberang timur sisi selatan ada penjual es campur rasa coklat yang seingatku bernama pak Man.
Sebelah selatan lurus dari gang Manuk Beri ada rumah sakit Purinirmala. Sebelah belakang rumah sakit Purinirmala selang beberapa rumah, ada masjid Al Iklas yang sekarang masih ada.
Karnaval jaman dulu cukup sederhana. Tampak pada gambar ada anak kecil yang berjalan didepan menggunakan celana oto. Yaitu model celana yang sekaligus kaos diatasnya. Disisi lengan sebelah kiri ada kancingnya. Jadi kalau mau pipis agak repot ya.
Yang berpakaian jawa cukup meminjam kebaya ibunya disaat masih langsing, jaman muda dulu, berikut gelung sanggul dan kain panjangnya.Yang bergaya jawara cukup menggunakan celana panjang dan baju putih dengan berselempang sarung. Tutup kepala meminjam serban mbah kakung. Kumisnya dilukis dengan celak mata warna hitam.
Yang berdandan ala Putri Bali, tinggal mencari bunga kamboja yang ada di kebun tetangga. Mengikuti karnaval menjadi kenangan tersendiri di masa kecil. Sekarang aku tidak ikut karnaval lagi, hanya mengikuti upacara di esuk pagi. Selamat hari kemerdekaan semoga semakin berarti.

Gambar mungkin berisi: 3 orang

BBM no. 28
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now)
Hari ini, Jum'at 17 Agustus 2018
Saya ingin mengarsipkan sedikit tulisan saya yang dimuat pada buletin tersebut beberapa waktu lalu. Menjadi tulisan yang ke 28 dalam proses Busur Belajar Menulis. Saya jadi teringat kembali tulisan tersebut dihari KEMERDEKAAN ini. Tak lain dan tak bukan, menggaris bawahi pentingnya Air Susu Ibu untuk calon penerus GENERASI BANGSA. Kuat dan eloknya NEGERI terbangun dari kumpulan KELUARGA yang harmonis cukup kasih sayang dan sarat perhatian Ibu dan Ayah. Ini hanya tulisan ringan dari seorang ibu yang ingin belajar menulis dipenghujung senja. Yang tak pernah tau kapan akan purna. Warisan abadi bagi generasi berikutnya. Selamat membaca.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 28
Gambar no. 2/4
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now)
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 28
Gambar no. 3/4
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now )

Gambar mungkin berisi: teks

BBM no. 28
Gambar no. 4/4
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now )

Gambar mungkin berisi: teks

BBM no. 28
Gambar no. 5
Foto hari ini 17 Agustus 2018
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now )
Umurku sekarang sekarang sudah menginjak setengah abad. Seingatku, sewaktu masih muda, jam kerja di kantor belum seperti sekarang. Berangkat kerja pagi hari, dan pada jam satu siang sudah siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Jadi masih ada cukup waktu untuk memperhatikan keluarga, terlebih bagi yang masih mempunyai balita. Pemberian ASI sangat dianjurkan baik menurut kesehatan maupun agama. Balita yang memperoleh ASI cukup akan mempunyai imunitas yang lebih tinggi daripada yang hanya minum ASS ( Air Susu Sapi). Dipandang dari sudut ekonomi juga jelas punya kelebihan, ASI diperoleh dengan gratis tanpa harus membayar. Alam sudah menyediakannya tanpa repot.
Dulu, dipagi hari seorang ibu masih sempat menyiapkan segala sesuatu tanpa terburu-buru. Uba rampe tersaji untuk anak-anak sebelum berangkat sekolah. Dari membangunkan, mandi, ndulang sarapan pagi, mencarikan topi, dasi, ikat pinggang, memberi bedak sampai therak-therok, menyisir rambut plus mengepang ekor kuda lengkap menyematkan pitanya. Sudah siap mengantar ke sekolah, setelah dirinya sendiri, disela seabreg rutinitas tersebut, sudah rapi dan siap berangkat kerja. Jangan lupa bawa tas kerja, bukan tas sekolah anak-anak saja ya bu....
Nah, berangkat menuju tempat kerja, setelah anak-anak sampai di sekolah. Pulang kerja lengkap menjemput anak dari sekolah. Di rumah, ganti baju, cuci kaki dan tangan, makan siang, istirahat sejenak sambil bercerita dengan anak untuk menjalin komunikasi. Atau biarkan anak main dengan anak-anak tetangga agar belajar bersosialisasi di lingkungannya. Setelah asar mengantar ngaji di TPA, menunggu sampai selesai. Menjelang magrib sudah berada di rumah semua termasuk sang bapak. Lalu beraktifitas bersama hingga menjelang tidur. Sampai disini tugas ibu juga belum selesai. Ibu harus tidur di tengah, kanan kirinya anak-anak yang sudah menanti untuk mendengarkan dongeng. Tidak boleh terlelap lebih dahulu, jika itu terjadi, " Ibu... ibu... ayo bangun bu, mata tidak boleh terpejam, buka mata bu... lanjutkan dongengnya ".

Gambar mungkin berisi: teks

BBM no. 28
Gambar no. 7
Foto hari ini 17 Agustus 2018
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now)
Ada juga ibu muda yang membuka warung di rumah agar tetap bisa mengawasi anak. Atau bekerja di sablon kaos, meski gaji kecil tetapi jam kerjanya lebih fleksibel. Sewaktu ada keperluan mendadak, misal anaknya sakit panas, lebih mudah untuk izin. Tidak seperti di oabrik yang jam kerjanya jelas ketat.
Beberapa ibu ada yang mengambil jahitan borongan, agar bisa dikerjakan di rumah sambil mengasuh anak. Buka usaha jahit di rumah dengan menerima order dari orang yang menjahitkan bajunya. Buruh thuthuk emping yang juga bisa bekerja di rumah. Semua pekerjaan pasti ada resikonya, yang dithuthuk bukan biji mlinjo tetapi keliru jemari tangannya. Pedah-pedahe ngewangi bojo golek pametu. Buruh ngecet ( memberi warna) topeng, ini waktunya juga tidak mengikat, gajinya tergantung banyak sedikitnya pekerjaan yang diselesaikan. Termasuk juga kerja di aneka kerajinan yang lain. Buruh batik yang juga bisa dikerjakan di rumah. Kerja borongan di pabrik triplek, dikerjakan di rumah sambil mengasuh anak. Nitis atau membuat gula kelapa, bebas mengatur waktu, tidak terkekang seperti kwrja di pabrik.
Dari sekelumit wacana tersebut, terpampang pilihan untuk calon ibu dimasa mendatang. Mungkin ada yang menyanggah, " Aku sarjana, tentunya akan berbeda dengan profesi-profesi tersebut ". Baiklah, mungkin ada benarnya. Yang penulis ingin sampaikan disini adalah soal membagi wsktunya. Bukan macam atau beda-beda jenis pekerjaannya. Apapun profesi ibu, anak-anak di rumah tetap menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Alangkah indahnya bila calon ibu sejak saat hamil punya waktu yang cukup untuk menikmati kehamilannya. Mendoakan anak sejak dalam kandungan. Saat lahir dapat memberikan ASI sepuasnya dan meminimalkan ASS. Menyusui adalah sejarah yang tak mungkin terulang lagi, berikan saat anak membutuhkannya. Kala balita kenyang akan kasih sayang, sempat membacakan dongeng sebelum tidur berikut melantunkan nyanyiannya. Saat usia sekolah dasar ibu sempat melayani kebutuhannya
Gambar mungkin berisi: teks
BBM no. 28
Gambar no. 8
Foto hari ini 17 Agustus 2018
Judul : CALON IBU ( selembar renungan untuk gadis jaman now)
Jadikan mereka raja dan ratu di waktu kecil, nantinya mereka akan memperlakukan orang tuanya dengan hal yang sama saat kita tua nanti. Waktu tiba usia sekolah menengah pertama mereka sudah lebih mandiri namun tetap menjalin kedekatan terbuka dengan bapak ibu. Dikala sekolah menengah atas mampu memilih cita-cita sesuai minat hati. Selanjutnya sebagai mahasiswa tidak diragukan langkahnya. Hanya anak-anak yang tumbuh dalam keluarga hangat sarat kasih sayang dapat kita harapkan kedewasaannya. SELESAI.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 29
Judul : Tamu Istimewa
Gambar : no. 1/4
Foto : Hari ini Sabtu 18 Agustus 2018
Sore tadi ada tamu yang membawa berkah. Betapa tidak? Setelah berbincang beberapa saat, tidak sengaja aku berkesempatan tanya sesuatu. Sesuatu yang sangat aku perlukan dan belum kesampaian. Saat berhaji 2015 saya hanya punya hp tersebut. Ada beberapa foto yang tersimpan didalamnya. Sudah saya tanyakan ke beberapa tempat untuk memindahkan fotonya ke flas. Salah satu jawabnya : memorinya rusak, jadi foto tidak dapat dipindah. Pernah juga dijawab ini itu - ini itu tanpa menolong sampai gol.
Lain dengan sore ini, aku dipandu sampai bisa meniru. Via Bluetooth yang seperti biasa aku catat tahapannya. Mungkin bagi sebagian orang terasa aneh, begitu saja kok senengnya nggak ketulungan. Tapi bagi yang sudah mengenalku, akan tahu bahwa aku memang gagap tehnologi. Tapi aku pantang malu bertanya. Karena malu bertanya adalah pintu yang menutup ilmu.
Mas Rahman datang pada waktu yang tepat. Aku butuh foto itu untuk data membuat buku. Insya Allah aku pingin membuat dua buku. Berjudul : "41 hari ngapain aja" serta "sebelum dan sesudah haji" berisi liku menggapainya dan beribu hikmah setelahnya.

Gambar mungkin berisi: Nafis Husna, tersenyum

BBM no. 29
Judul : Tamu Istimewa
Gambar no. 1/4
Foto : Musim Haji 2015
Dalam proses membuat buku, saya memerlukan arsip data. Diantaranya bukti foto saat aku jadi tukang pijet bagi teman sekitarku. Dan foto itu ada pada hp yang sudah dibilang rusak memorinya. Tetapi tidak untuk hari ini, data yang saya perlukan sudah berhasil dipindah. Tersebut adalah foto di Masjidil Harom.

Gambar mungkin berisi: 3 orang, termasuk Yayuk Prasetyaningsih, dekat dan dalam ruangan

BBM no. 29
Judul : Tamu Istimewa
Gambar : 3/4
Foto : Musim Haji 2015
Bersama nenek dari Afganistan. Menulis ini aku jadi merinding teringat kala itu. Setelah aku pijit, nenek itu memelukku erat. Menciumi aku. "Aku cinta perempuan Indonesia", jelas penterjemah tentunya. Anganku melesat jauh, jreeett... sampai Kementrian Agama Yogyakarta. Lebih rincinya pada bapak Hasto Wardoyo saat mengisi manasik. "Jaga nama baik kota Yogyakarta dan negara Indonesia " huhuhu...
Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang tersenyum, orang berdiri, langit, luar ruangan dan alam

BBM no. 30
Judul : T E T A N G G A
Foto : Musim haji 2015
Saudara terdekat adalah tetangga. Bukan famili yang jauh dari tempat tinggal kita. Seperti saat akan pergi jauh sebulan lebih, tetangga terdekat sangat memperhatikan kami. Payung lipat berwarna biru dia bawakan sebagai pelindung panas. Mungkin maksudnya agar kami tidak bertambah manis saat pulang nanti. Selalu kuingat payung biru, jangan lupa nanti harus ada fotonya. Nah saat jalan-jalan ke kebun onta, kami berdua menggunakan payung biru pemberian tetangga terdekat. Melindungi kami dari terik matahari. Sebegitu perhatiannya, juga saat kami pulang. Sudah sibuk menghubungi anak kami berkali-kali. Menanyakan, menjemputnya sudah sampai dimana? Sudah sampai Donohudan Solo. Lho Solo - Yogyakarta kok lama banget. Dia membuatkan masakan istimewa untukku. Dan ingin hidangannya masih hangat saat nanti kami menyantapnya. Begitu kami masuk rumah, beliau langsung menyambut datang ke rumah kami. Tidak hanya berlenggang tangan. Tapi komplit dengan banyak nampan. Rinci masakannya aku lupa. Yang pasti jelas enak ditambah lapar. Rindu masakan tanah air. Berulang kali kami menerima banyak masakan seperti ini untuk beberapa momentum. Dan tak mungkin aku membalasnya dengan hal serupa. Beliau jagoan memasak, sedang aku? Paling-paling tumis kangkung dan tempe goreng. Umpama beliau menggoreng tahu, tidak seperti aku yang hanya dibumbu bawang putih dan garam. Kalau tahu goreng bingkisannya adalah, tahu yang sudah dilumat, tambah wortel dan bumbu lain. Lalu dicetak, terus dikukus sampai matang. Didinginkan, baru bisa digoreng. Eh eh eh kok ya kober-kobere. Tak sebanding dengan aku yang tak pandai memasak. Kembali pada seabrek hidangan bingkisan tetangga sebelah saat kami pulang haji. Meja makan kami penuh lho. Tinggal mandi lanjut makan enak. Terimakasih ya Ibu Yulitta Utari Ellse. Payung birunya sangat bermanfaat. Dan jangan kapok, kami sangat menikmati enak masakan Ibu, hehehe...

Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang tersenyum, orang berdiri

BBM no. 31
Judul : B E R B A G I
Foto : Musim Haji 2015
Kala aku menerima bantuan, tepat disaat membutuhkan, tiada lain kelegaan hati yang kurasakan. Seperti disiang yang terik, seseorang memercikkan air zamzam kearah wajahku. Gerah menjadi berkurang. Trecep-trecep air zamzam merasuk ke kulit, segar terasa. Coba apa perasaanku waktu itu? So pasti aku mendoakan kebaikan untuknya. Balasan pahala yang berlipat dari yang ia berikan. Itu yang selalu kami upayakan. Dari seberapapun yang kami punya. Walau hanya seteguk air bagi yang kehausan. Coba tengok kanan-kiri kita. Adakah sesuatu yang bisa kita lakukan ? Kadang ada orang yang mau menyampaikan apa kebutuhannya. Tetapi ada pula yang sebenarnya kekurangan tetapi dia tidak mau mengeluh. Dia punya sikap perwiro, tidak suka meminta. Orang seperti inilah yang sebaiknya lebih kita bantu. Terlebih bila ada hubungannya dengan sekolah. Dengan sekolah kita berharap ada perubahan bagi hidupnya dikemudian hari. Ilmu yang didapat berkembang dan bermanfaat. Yuk kita bantu mereka yang membutuhkan semampu kita. Niscaya mereka pasti berbalik mendoakan kebaikan untuk kita. Yakinlah, berbagi itu indah. Berbagi tiada pernah rugi, justru sebaliknya. Berbagi pasti barokah. Selamat merutinkan berbagi berupa apapun, seberapapun semampu kita. Yuk kita bersama belajar berbagi insya Allah hidup lebih berarti.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

BBM no. 32
Judul : Arafah
Foto : Hari ini, Selasa 21 Agustus 2015
Dua buku yang menjadi saksi. Buku kecil untuk mencatat seketika. Sering berupa coret sana-sini yang tak beraturan. Maklum menulisnya kadang di bus yang sedang melaju, baik dari Yogyakarta menuju Donohudan atau dari Arafah menuju Mekkah, dan perjalanan lainnya. Juga saat berada dalam pesawat. Masih bersukur si dia mau bertukar kursi. Kursinya bersampingan dengan jendela yang berada dipojok. Kursiku bersampingan dengan jalan tempat lalulalang pramugari maupun jama'ah yang antri ke toilet. Tanpa aku meminta, si dia sudah menyuruh untuk duduk ditempat yang lebih terjaga. Dipojok yang hanya bersanding dengannya. Sutt.. sutt.. si dia memang sangat menjagaku. Aku bebas corat-coret tanpa risih dilihat orang. Pandangan bebas lepas terbang jauuuhh... lewat kaca jendela pesawat. Demikian pula dalam sepanjang perjalanan kami, buku yang kecil selalu aku bawa. Kemudian disaat senggang aku akan menyalinnya secara lebih rapi dibuku yang besar. Seperti juga saat di Arafah ini. Aku berkesempatan menyalin banyak catatan. Saat prosesi wukuf sudah selesai, doa panjang yang dipimpin ketua rombongan tadi. Selanjutnya setiap jamaah bebas berdoa sendiri-sendiri diluar tenda. Kita duduk berdua menghadap arah kiblat. Bergantian kita memanjatkan doa. " Hah...", tiba-tiba aku kaget sambil menahan tawa. " Semoga dapat menemani istriku untuk jalan-jalan dari sabang sampai merauke ", itu doa yang sangat mengagetkan. Sesuatu banget, tidak aku duga. Kau merangkum celotehku sehari-hari di rumah dan kau abadikan dalam untai doa di Arafah. Namun sekarang sudah lebih banyak keterbatasanku. Saat berjalan jauh, aku tidak dapat sendiri, selalu butuh gandeng tanganmu. Namun tak ada yang tak mungkin bila Allah mengijinkan. Semoga Allah memudahkan mimpi-mimpi indah kita. Termasuk saat ini, catatan dibuku kecil dipindah dibuku besar. Dari coretan diubah menjadi tulisan yang lebih rapi dan sekarang ingin kurangkai menjadi buku. Agar kedua anak kita dapat membacanya secara runtut. Mengambil yang baik dari bapak ibunya dan menyulam kekurangannya. Semoga Barokah Arafah memudahkan banyak hal yang belum mudah. Jadikan buku ini Barokah. Amiin
Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang tersenyum, orang duduk, pohon dan luar ruangan
BBM nomer 33 Gambar 1/2.
Selamat Hari Tani Nasional di hari Senin tanggal 24 September 2018 kemarin. Ini foto sawah depan rumah yang hari ini masih bertahan menjadi sawah. Disekitar lokasi yang sudah banyak beralih fungsi menjadi Perumahan. Foto diambil tanggal 27 Juli 2017.
Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk, rumput, luar ruangan dan alam
BBM nomer 33 Gambar 2/2

Selamat Hari Tani Nasional hari Senin 24 September 2018 yang lalu. Foto sawah depan rumah yang masih bertahan tetap menjadi sawah sampai hari ini. Sehat selalu ya... Pakde Minto. Foto diambil tanggal 26 Juli 2017.Gambar mungkin berisi: 1 orang, tersenyum, berdiri

BBM nomer 34
Gambar no. 1
BSI hari Selasa 9 Oktober 2018
Lokasi di JEC
Hari ini mahasiswa baru BSI berkumpul.
Gambar mungkin berisi: Yayuk Prasetyaningsih, tersenyum, berdiri

BBM no. 34
Gambar nomor 2
Mosaik BSI Selasa 9 Oktober 2018
Lokasi di JEC
Niatnya hanya minta tolong diambilkan gambar, untuk dokumentasi dan data persiapan membuat buku memoar jadi mahasiswa BSI saat lulus nanti. Ee... malah ditanya, " Ibu blogger ya? ".
"Njih mas", jawab ku PD aje. Pdhl aku masih belajar dan terus belajar.

Sekarang menjadi tugas sobit ku mas Ajikkojjek dari sanggar "ora nyeni"
Tolong pantau ibu ya... Untuk menulis tentang BSI di tamanbusur.blogspot.co.id

Sekali lagi pertanyaan, " Ibu blogger ya? "
Itu yang memacu saya untuk segera menulis... saat acara masih berlangsung.

Lanjut nanti malam ya...

Gambar mungkin berisi: 1 orang, tersenyum, berdiri dan luar ruangan

BBM no. 35
Judul : Mosaik BSI
Gambar no. 3
Foto : Selasa 9 Oktober 2018
Lokasi : JEC
Buat anak-anakku yang masih SMP dan SMA, jangan kalah semangat dengan ibu Yuli Triswinarti. Jauh hadir dari RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo. Hari ini mewakili kami mahasiswa RPL untuk maju ke depan bersanding sejajar dengan mahasiswa reguler yang masih imut. Bu Yuli ini sudah dikaruniai cucu. Mbah putri tetap semangat untuk belajar lagi. Yang muda jangan kalah ya...

Gambar mungkin berisi: dalam ruangan

BBM no. 35
Judul : Mosaik BSI
Gambar no. 4
Foto : Selasa 9 Oktober 2018
Lokasi : JEC
Paduan Suara Mahasiswa BSI

Gambar mungkin berisi: 5 orang, keramaian dan dalam ruangan

BBM no. 35
Judul : Mosaik BSI
Gambar no. 5
Foto : Selasa 9 Oktober 2018
Lokasi : JEC
Mereka yang akan membimbing dan menemani proses belajar kami setahun kedepan. Semoga semua lancar dan dimudahkan. Amiin.

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

#Sugara Milk
BBM nomer 36
Judul : SOMAY
Gambar no. : 1/2
Foto : Minggu 14 Oktober 2018
Lokasi : tamanbarokah

Kisah inspiratif sore ini dari Bapak penjual Somay. Pukul sepuluh pagi kami keluar dari rumah. Pertama silaturahmi pada teman. Lanjut ke asrama anak lanang yang sudah sejak lebaran tidak bertemu ibunya. Alasan ibu : masih sibuk mempersiapkan calon buku.

Oleh-olehnya biasa, kering basah yang bisa dinikmati bersama teman temannya. Juga sepanci bubur kacang hijau. Kacang hijaunya oleh-oleh kerabat kami dari Pangandaran. Tinggal menambah gula merah dan santan. Semoga barokah ya Bu... kacang hijaunya bisa dibagi rame-rame teman Tatma.

Pukul 2 siang menuju Sugara Milk jalan Lowanu ujung selatan sebelah timur jalan mepet trafic ligh. Janjian pukul 3 sore. Kami datang tepat, tapi kebablasan. Putar balik di depan RSUD Yogyakarta. Sampai pintu masuk Sugara Milk padat antrian mobil. Lempang ke masjid dulu. Putar lagi masuk Sugara Milk. Teman-teman sudah menanti.

Sesuai agenda, acara pertemuan lancar. Selesai pukul 5 sore. Pulang rumah. Sampai depan rumah ada penjual SOMAY yang baru ada pembelinya, naik motor.

Ku pikir pasti penjualnya nggak enak hati keburu pintu pagar kami buka. "Santai aja pak, nggak usah keburu... sekalian saya beli satu porsi", ujar ku supaya beliau nyaman.

Ringkas cerita ternyata Beliau baru 3 bulan di Yogyakarta. Pensiunan guru matematika. Tetapi sejak muda punya keterampilan jual somay. Datang ke kota ini dengan beberapa anak buah, mereka masing-masing punya tempat mangkal yang berbeda.

Motivasinya untuk tambahan membiayai kuliah anak ragilnya di fakultas kedokteran. Anak pertama sudah bekerja di bank dan anak kedua kerja di bidang kesehatan. Istrinya masih mengajar di kota sana. Semangat dan sehat selalu ya Pak. Terimakasih atas berbagi inspiratifnya sore ini.

Buat anak-anakku yang masih duduk di SMP, SMK, SMA jangan kalah semangat ya... Timbang-timbang kembali apa yang bapak ibu mu telah perjuangkan untuk kelancaran sekolah mu. Syukuri dan hargai tiap tetes keringatnya yang nilainya tiada terhingga.

O ya pembaca. Maaf hanya gambar piring kosong. Somaynya kadung ludes, ee... kok baru pingin menyampaikan cerita ini

Gambar mungkin berisi: 9 orang, termasuk Faiza Dwiwati, orang tersenyum, orang berdiri dan luar ruangan

# Sugara Milk
BBM nomer 36
Judul : SOMAY
Gambar no. : 2/2
Foto : Minggu 14 Oktober 2018
Lokasi : Sugara Milk

Acara sore ini bersama Kesebelasan kami saat musim haji 2015. Dari sebelas tinggal sepuluh. Bu Tini sudah mendahului berpulang. Doa terbaik untuk Ibu,...

Satu anggota lagi Bu Mur belum dapat hadir sore ini. Bersembilan dapat berkumpul sore ini. Selain menjalin silaturahmi, juga ada agenda lain yang dibahas.

Atas inisiatif ketua regu dan respon hangat dari yang lain. Calon buku memoar haji dibahas disini. Mereka mengembalikan foto kopi calon buku yang sudah saya berikan beberapa waktu lalu. Tentunya sudah dengan beberapa catatan dari mereka. Ada yang menambah dan ada yang mengurangi. Menyulam yang dirasa kurang srek. Tugasku untuk merangkum dan merekap lagi. Semoga dimudahkan. Lalu masih berlanjut konsul kepada Bapak Ketua Rombongan.

Buat anakku yang masih duduk dibangku SMP, SMK dan SMA. Ternyata nggak mudah ya mewujudkan mimpi membuat buku. Melalui tahap dan rentang waktu yang tak menentu. Lajunya terkait dengan banyak pihak. Puji sukur mereka semua mendukung. Coba, buat sendiri ya kesimpulannya.

Aku pantang mundur, harus telaten melewati semua prosesnya. Ayo anak-anakku bersama kita terus belajar. Jangan kalah dengan semangat ibu. Tekuni bidang sesuai minatmu. Akhir kata : SALAM LITERASI.