Thursday, November 23, 2017

BBM 10 Daun Sirih Daun Salam


Daun Sirih


Minggu 20 Maret 1994 cuaca cerah tanpa mendung ataupun hujan, kita saling melempar daun sirih dan terlempar melesat ke arah dadaku. Bagai  raja dan ratu sehari, semua terasa indah tanpa beban ya.... Kau masih kekar, akupun masih langsing lhooo. Wees...wees...wees... bagai angin, waktu pun berlalu sangat cepat. Kini 23 tahun lebih kita bersama. Banyak perubahan baik fisik maupun pola pikir, sudah tidak muda lagi...hihihi... Bila saling lempar daun sirih boleh kita ulang lagi, aku ingin daunnya diganti dengan daun salam saja ya... Dan karena kita sekarang sudah sangat dekat, ku pinta tak usah kau lempar dong. Ambil sehelai daun salam yang segar...lalu sematkan di dadaku. Akan aku pejamkan mata untuk beberapa saat. Ku rasakan dinginnya sehelai daun salam segar yang melekat di dada. Kalbu menerawang jauuuuhh...salam bermakna keselamatan. Kini kita tak hanya berdua tetapi berempat dengan dua buah hati. Untai doa tak bertepi dalam pejam mataku, semoga salam salam salam keselamatan selalu beserta pada keluarga kita beserta tedhak turun  sampai akhir jaman nanti. Pelaaann ... kembali aku buka mata sampai relung hati, ayo kita mulai musyawarah untuk kenyamanan bersama. Mengingat dan menimbang sambil mencermati foto wajah kita, hihihi... sudah lain banget.  


Usia kita sama-sama lebih dari lima puluh tahun. Tentunya sudah  banyak waktu yang kita lalui daripada sisanya. Apa upaya kita mengisi waktu yang seakan dua puluh empat jam sehari pun masih terasa kurang. Kita merasa sok sibuk dalam kumparan rutinitas. Keluar rumah jam tujuh pagi, aku sampai rumah kembali sekitar menjelang waktu asar dan kau lebih lama lagi....hampir magrib baru sampai. Menunggu waktu Isya, istirahat sebentar dan kantuk pun sudah menghampiri. Esok hari berulang dengan rutinitas yang sama.


Dulu kita hanya berdua, sekarang pun kita juga berdua karena setelah selesai Sekolah Dasar dua anak kita tidak tinggal seatap. Mereka sekolah dan belajar di asrama, hanya sesekali kita dapat berkumpul berempat. Namun doa kita  selalu menyertai keduanya dalam tumbuh kembang menuju upaya membangun generasi sehat jasmani dan arif rohani. Semoga keduanya bermanfaat, terbimbing menebar kebaikan. Amiin.


Nah...., karena setiap hari kita hanya berdua, tentunya harus bisa membagi waktu dengan lebih maksimal. Ayolah.....sebelum habis waktuku. Coba kita cermati wajah masing-masing. Berangsur mulai rapi....bagai tumpukan baju di almari ya...., pipi melipat sendiri tanpa kita minta. Seiring bertambahnya usia lipatan itu kian bergurat saja. Empat gigi palsu selalu ku kenakan. Itulah asesori mahal yang pernah kau belikan. Waaahhhh.... jadi ingat Maret 2014 saat kita jatuh pun juga berdua. Belum lagi hidung pesekku, sebelah harus dijahit...woow...apa jadinya? ya besar sebelah tentunya. Tapi tak apalah...kami berdua masih ceria saat ini.


Salam...salam...salam...daun segar pelengkap bumbu dapur. Serba guna untuk penyedap aneka masakan. Buahnya berwarna merah dan manis rasanya. Aku merenung beberapa waktu, apa yang kita cari dalam hidup yang hanya sekejap ini? Salam... salam...salam...yaa.... keselamatan dan akhir yang berbuah manis. Berakhir dengan kebaikan yang didamba setiap hamba. Suamiku, apa yang bisa kita kerjakan dipenghujung waktu ini tanpa kita tahu kapan akan berakhir? Kalau kau berkenan mari kita mulai hobi yang bisa kita sajikan bersama. Hayo...apa...hayo...? Menulis kembali cerita masa kecil yang pernah kita sampaikan pada kedua anak kita saat menjelang tidur waktu kecil dulu...., atau menulis apa saja tentang alam yang tiada pernah habis untuk dituangkan dalam pena sampai kapanpun. Sebagai rasa sukur pada pencipta-Nya yang telah meberi kenikmatan tiada tara. Aku pinta kesepakatan ini, karena menulis memerlukan waktu. Sebelum mengantuk mungkin bisa kita luangkan waktu sejenak dan bersama. Aku gaptek, punya banyak keinginan tapi tak banyak mampu menggunakan komputer sampai posting. Naah..., bagi tugas ya...,aku yang mengucap kata demi kata dan kau yang menulisnya sampai posting. Dengan demikian masing-masing kita tak merasa diabaikan karena aktifitas diwujudkan bersama dan asyik juga bedua. Daah...janji lho ya... mau menemani dan ridho untuk belajar menulisku yaa,,,, Aku bukan mereka yang mahir dan piawai, namun aku hanya hamba yang punya keinginan untuk selalu belajar. Semoga suatu saat ada manfaatnya sekecil apapun, Amin.