Sunday, January 8, 2017

Busur Belajar Menulis 5



































Demikian beberapa arsip yang terdokumentasi dan saya kemas menjadi satu jilid buku.

Menggunakan tas gombal atau kain sudah saya lakukan jauh-jauh hari sebelum disarankan akhir-akhir ini.

Dalam bayak kesempatan selalu berusaha mengajak orang lain untuk mengurangi penggunaan tas plastik.

Sekian dulu, 
Nanti sambung di #BBM6 dengan agenda penyuluhan pada ibu-ibu penambang pasir di Sungai Progo untuk menjaga lingkungan dan mengurangi pemakaian tas plastik.

Notes : #BBM (Busur Belajar Menulis)

Tuesday, January 3, 2017

Busur Belajar Menulis 4

Rumah bersih minimal sampah menjadi harapan yang saya impikan. Untuk mewujudkannya bertanya mencari informasi yang berkaitan dengan sampah. Akan saya ceritakan proses berburu informasi, termasuk pada kesempatan ini mencari teman sehobi. Biasanya kalau bercerita tatap muka, informasi hanya berhenti sampai disitu saja. Besar harapan saya dapat berkenalan lebih luas dengan saudara yang mempunyai kesenangan sama. Memberi ilmu-ilmu baru padaku, mendatangkan wawasan baru.
yuuk...kita mulai perjalanan berburu informasi.

Jum'at 25 Juni 2010
Menemui bapak Bambang Suwerda.
Pengelola Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul. Setelah pertemuan pertama ini, saya akan menemui Beliau lagi meminta saran ataupun materi untuk beberapa kali penyuluhan pengelolaan sampah. Buku Saku Pengelolaan Sampah Dengan Sistim Bank Sampah saya peroleh dari Beliau pada hari Selasa 28 April 2015. Saya diijinkan untuk memperbanyak buku saku tersebut guna disebar luaskan pada siapapun sebagai upaya peduli lingkungan.

Minggu 20 Maret 2011
Peringatan Hari Air Sedunia di kilometer nol kota Yogyakarta. Saya membawa sampel air sumur dari rumah untuk diperiksa, hasil terlampir di Busur Belajar Menulis Bagian 2. Pada kesempatan itu saya memperoleh banyak informasi diantaranya mendapat  nomer telpon bapak R.Junaidi seorang penggiat bank sampah.
Mendapat BORDA Blitz media informasi tentang isu sanitasi. Dari stan BORDA saya juga memperoleh majalah PERCIK, Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan edisi Maret 2010. Pembangunan sanitasi lebih dari sekedar pembangunan fisik.

Minggu 10 April 2011
Menemui bapak R.Junaidi di Sedayu Bantul Yogyakarta.
Saya peroleh banyak informasi tentang pengelolaan sampah. Dari perkenalan ini saya ikut beberapa pertemuan diantaranya Training of Fasilitator DIY - Green & Clean 2011 hari Rabu 25 Mei 2011 di Gedung Induk Lantai III Komplek Parasamya Kabupaten Bantul. Pada pertemuan tersebut berkenalan dengan beberapa penggiat pengelolaan sampah dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Bantul.

Rabu 13 April 2011
Ke Kantor Balai Lingkungan Hidup Propinsi DIY.
Bertemu bapak Cahyo Widayat Subbid Pengembangan SDM dan Kelembagaan.
Dari Beliau saya peroleh informasi tentang Biopori dan mendapat buku Pengelolaan Sampah Manandiri dari BLH tahun 2010.

Sabtu 16 April 2011
Beli Komposter keramik di Dusun Gerabah Kasongan. Tetapi Komposter keramik ini tidak saya gunakan lagi karena ada Biopori yang lebih mudah dan praktis untuk membuang sampah organik.

Minggu 17 April 2011
Mengikuti informasi dari bapak Cahyo Widayat, saya berkunjung ke rumah bapak Titus Suwantoro jalan Tendean gang Nakulu  no.27 Yogyakarta. Kantor Sekretariat Team Biopori Yogyakarta.
Saya mendapat brosur tentang Biopori yang diijinkan diperbanyak dan disebar luaskan pada siapapun sebagai upaya peduli lingkungan.
Keterangan komplit tentang Biopori sudah ada dalam brosur tersebut.
Saya pesan 10 lobang Biopori yang akan dikerjakan bapak Suwantoro.

Minggu 24 April 2011
Bapak Suwantoro membuatkan 10 lobang Biopori komplit dengan bis beton kecil dan tutupnya. Sampai hari ini lobang Biopori tersebut masih saya gunakan untuk membuang sampah organik sehari - hari. Karena pertimbangan tempat, lobang Biopori yang semula ada10 lobang sekarang tinggal 9 lobang. Lobang biopori inilah yang sangat saya rasakan manfaatnya. Semua sampah organik dari sisa - sisa memasak di dapur langsung masuk lobang Biopori. Kulit buah, nasi yang tidak habis, sayur basi tidak masalah, langsung masuk lobang Biopori. Prinsipnya seperti bak sampah yang dalam bahasa Jawa disebut Jugangan, tetapi kecil. Sampah akan membusuk dengan sendirinya secara alami. Dibuat Minggu 24 April 2011 baru penuh Sabtu 14 Maret 2015.
Dari 9 lobang yang ada telah dapat dipanen sebanyak 2 lobang dan menghasilkan tanah kompos sebanyak 3 ember sedang. Dapat digunakan untuk menanam bunga di pot.

Sabtu 30 April 2011 Jam 06.30
Ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan untuk mengambil beberapa foto.
Sampai hari ini saya baru dua kali berkunjung ke TPA tersebut.
Meskipun yang saya lakukan mungkin tiada arti, setidaknya sudah memulai dan berusaha mengurangi volume sampah yang harus diangkut di TPA ini.

Sabtu 21 Mei 2011
Ke rumah bapak Suwantoro pinjam 3 buku.
1.Membuat Kompos Secara Kilat
Yovita Hety Indriani
Penerbit Penyebar Swadaya
Cetakan ke XII Jakarta 2008
2.Cara Cepat Membuat Kompos
Ir.Nan Djuarnani M.Sc
Kristian Budi Susilo Seyiawan
Penerbit Agromedia Pustaka
Cetakan ke IX tahun 2009
3.Sukses Membuat Kompos dari Sampah
Menimba Ilmu dari Pakar dan Praktisi Sofian
Penerbit Agromedia Pustaka
Cetakan pertama tahun 2006

Dari materi-materi bacaan tersebut saya gunakan sebagai referensi membuat bahan penyuluhan yang berjudul PEDULI SAMPAH. Juga membuat setiker sederhana yang di lem bukan langsung ditempel seperti setiker pada umumnya.Pertimbangan biaya supaya murah tetapi tujuan utama penyampaian pesan tetap tercapai.

Selasa 17 Mei 2011 Jam 16.00
Pertemuan di Perumahan Karang Jati Indah I Bangun Jiwo Kasihan Bantul.
Acara belajar bersama Pengelolaan Sampah Mandiri.
Hadir dalam pertemuan tersebut ibu Pramiyati yang tinggal di Karang Jati Indah  I C2/35.
Tahun 2010 Beliau membuat Yayasan Hijau Indonesia. Dulu berprofesi sebagai dosen kemudian pindah tugas ke Jakarta. Kontor tepatnya saya lupa tetapi juga dilingkup lingkungan hidup.

Jum'at 16 Desember 2016
Bertemu dengan bapak Bambang Sriyono. Usia beliau sudah 65 tahun lebih. Pada tahun 2006 mulai mengelola kebun seorang diri.Menyemai bibit tanaman semisal tanaman buah, tanaman keras seperti akasia  dan lain - lain.
"Ibu kalau punya lahan yang luas silakan menanam benih - benih seperti ini, manfaatnya akan dirasakan anak cucu nanti". saya jawab dengan ringan dan seadanya.
"Pak Bambang, saya punya lahan yang sangat luas namun sayang belum bisa untuk menyemaikan benih tanaman, disini pak....ada dihati"

Bapak Bambang Suwerda sebagai Pengelola Bank Sampah dan bapak Bambang Sriyono setia menyemai benih untuk reboisasi konservasi alam. Dua nama yang sama dengan aktivitas yang berbeda tetapi keduanya bertemu lagi pada genggam tangan yang sama. Cinta dan peduli lingkungan.

Ada sih...keinginan meniru bapak Bambang Sriyono yang dengan iklas karena panggilan hati mengerjakan hobinya setiap hari. Sesekali bila ada mahasiswa yang membutuhkan benih, akan datang dan sekedar mengganti biaya perawatan. Biasanya saat KKN untuk ditanam kembali sebagai konservasi lingkungan.

Ahh... Pak Bambang yang sudah lanjut usiapun masih penuh semangat.
Aku tak boleh kalah, usiaku masih nyaris 50 tahun. Hidangan sirup markisa buatan sendiri semakin membuat kerasan di kebun itu. Waktu beranjak sore, aku pamit pulang dari kawasan dusun disekitar Stadion Maguwo Yogyakarta.

Sampai di rumah ada pemikiran lain. Mengapa aku harus menunggu punya kebun luas bila ingin memulai kegiatan seperti pak Bambang Sriyono? Di hari Kamis 22 Desember 2016 bertepatan dengan Hari Ibu aku putar - putar Kabupaten Bantul mencari biji mangga.

Nah itu dia....ada mangga masak jatuh di halaman sebuah rumah, tinggal separo.
Sisa Codot yang lebih dulu menyantapnya. Aku permisi pada empunya rumah, sepeda motor ada diluar, lama tidak muncul juga. Ahh...halal, tidak mungkin akan dimakan yang punya,masuk plastik dan kubawa.

aku berhenti lagi di rumah yang baru memanen mangga madu.
"Permisi pak, kalau boleh saya mau minta biji mangga yang jatuh"
"Silakan....adanya seperti itu bu..."
Mulai ku ambil biji dari mangga busuk yang berjatuhan .
''Mungkin biji yang kering ini bu , sudah mulai keluar tunasnya.''
"Ya terimakasih saya ambil sepuluh biji".

Ada rasa kurang tenang dengan biji mangga harum manis yang pertama aku ambil.
Meskipun halal bisa jadi kurang berkah, tidak ketemu langsung pada yang punya.
Aku buang ditepi jalan . Aku bawa 10 biji mangga madu yang hampir tunas, lebih jelas halalnya ketemu langsung yang punya. Masih ditambah bonus pemandangan indah...melihat sekardus besar mangga madu yang baru dipetik. Memandangnya saja cukup membahagiakan, untukku cukup bijinya saja. Yaa...mudah diingat di Hari Ibu 2016 aku ikuti jejak bapak Bambang Sriyono menanam 10 benih biji mangga madu

Sekian dulu, nanti sambung Busur Belajar Menulis 5 tentang arsip bukti mengadakan penyuluhan sederhana sebatas kemampuan Busur dan tentang tas gombal.