Sunday, January 21, 2018

BBM 16 BATIK EXOTIK

BBM 16         BATIK EXOTIK
Usaha ini dikelola oleh bapak Parno selaku pemilik. Beralamat di Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul – Indonesia. Bapak Parno sudah banyak pengalaman dan juga pernah bekerja pada perancang mode terkenal yang berada di Jakarta. Jiwa wirausahanya menuntun untuk pulang kampung dan membuka usaha sendiri. Sekarang sudah berkembang menyerap beberapa tenaga kerja dari kampung sekitar.
Batik tulis, batik cap maupun printing tersedia, namun corak kombinasi yang paling laris menjadi andalannya dengan warna-warna yang cerah. Dalam menjalankan bisnisnya tak lepas dari bantuan sang ibu. Selain memberi dukungan berupa doa untuk kesuksesan pak Parno, sang ibu juga mempunyai keahlian NYERAT [batik tulis]. Tentu harganya lebih mahal, karena lebih memakan waktu dalam mengerjakannya, juga perlu ketelitian untuk menghasilkan batik tulis yang rapi





Batik Tulis



Batik Tulis



Kain mori sebagai bahan dasar



Berbagai corak cetakan batik


Memanaskan lilin malam


Cetakan dicelupkan ke lilin malam yang sudah meleleh




Proses pengecapan


Proses pencucian untuk menghilangkan lilin malam


Kain yang sudah dicuci dan dihilangkan lilin malamnya, kemudian diperas.




Setelah diperas, kain dijemur sampai kering. Kain sudah siap dilipat dan dikemas siap jual.




BBM 15 MAINAN TRADISIONAL DAN NDOG ABANG

BBM 15       MAINAN TRADISIONAL DAN NDOG ABANG

Dalam Perayaan Sekaten banyak penjual mainan yang datang dari berbagai penjuru kota Yogyakarta. Mainan tersebut antara lain :
 



1.       PERANGKAT ALAT MEMASAK
Alat memasak mini  digunakan oleh anak-anak kecil untuk bermain. Yang dimasak biasanya dedaunan atau bunga yang ada di sekitar rumah. Pura-pura membelinya pun tidak dengan uang tetapi menggunakan kreweng [pecahan genting atap rumah yang terbuat dari tanah liat] atau dengan daun dari tanaman yang biasanya untuk pagar hidup. Alat memasaknya ada yang terbuat dari tanah liat [disebut gerabah] atau ada pula yang dari alumunium, tetapi harganya lebih mahal. Seumpama mau memasak mi goreng, mi itu diambil dari benalu berwarna kuning yang biasanya tumbuh diatas pagar tanaman hidup yang subur. Untuk minyaknya dibuat dari daun bunga sepatu yang diremas-remas menjadi seperti lendir. Nah..., agak kental mirip minyak kan? Heemmm... bagaimana adik-adik kecil jaman now, sulit ya untuk dibayangkan. Coba, bisa bertanya pada nenek yang mungkin dulu sempat bermain masak-masakan [pura-pura memasak]. Asyik lho..., bermain bersama, suasana menjadi riuh ramai tak terlupakan karena semua mengambil peran. Bisa berperan sebagai tukang memasaknya, sebagai pembeli, ataupun yang bertugas mengambil air di sungai. Hayooo..., tambah asyik kan..., ada sungainya segala. Kami senang bermain bersama di alam bebas terbuka, duduk di atas tanah dan saat menengadah pun dapat memandang langi yang cerah. Ya..., lain jaman lain situasinya, sekarang tidak bermain bersama TETAPI sama-sama bermain kan? Beberapa anak berada ditempat yang sama tetapi tidak saling bersoaialisasi, masing-masing asyik dengan hp dalam genggaman. Tentunya tidak semua demikian, IT perlu namun keseimbangan juga lebih diutamakan. Sesekali bermain bersama ya..., menyenangkan, menyegarkan dan pengasikkan.
2.       GANGSING, OTHOK-OTHOK, SEMPRITAN, SERULING




Semua mainan ini terbuat dari bambu kuning yang diameternya kecil. Menghasilkan suara tertentu saat dimainkan. Penjualnya bernama bapak Marno dan ibu Warti asal dari Semin Gunung Kidul. Beliau punya putra dua dan yang sulung sudah menikah. Ibu Warti selalu mangkal di samping pohon beringin dekat pintu masuk keraton Yogyakarta. Sedang suaminya berdagang keliling sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tak pernah merambah sampai Jakarta, pesimis ada yang masih mau beli hasil kerajinan tangannya. Sesekali saja mereka berdua sarimbit jualan bersama. Semritan dan seruling akan berbunyi merdu saat ditiup, othok-othok bersuara khas saat diputar. Gangsing terbuat dari bambu yang berbentuk silinder, ujung dikedua sisi ditutup rapat, disamping ada lobang yang fungsinya agar bersuara saat gasing berputar. dengan tengahnya ada sebatang bilah bambu yang lebih panjang.  Panjang bilah bambu tersebut tidak sama, yang lebih panjang untuk menambatkan kumparan tali dengan posisi gangsing vertikal ,  yang ledih pendek posisikan sebagai pasak di bawah. bila tali  ditarik dengan kuat kemudian dilempar menggunakan perasaan... ditempat yang datar...woo... akan berbunyi nyaring seraya berputar-putar... suaranya ngunggg... ngunggg... ngunggg...


1.       KAPAL API

Terbuat dari lembar seng yang dicat warna-warni. Siapkan baskom atau ember besar berisi air. Kapal itu bagian tengahnya ada lempeng kecil sebesar tutup botol alumunium yang bisa diisi dengan minyak goreng plus sumbu kecilnya. Ketika sumbu itu dinyalakan, maka panas api akan menjalar ke bagian badan kapal. Naahhh... kapal sudah siap berlayar mengarungi baskom. Suaranya juga khas. Bila pembaca ingin melihat vidionya, silakan buka di instagram tamanbarokahbusur.


1.       NDOG ABANG


Ndog abang adalah telur ayam rebus yang diberi pewarna merah. Ndog abang berarti telur yang berwarna merah. Telur tersebut disunduk [ditusuk] dengan bilah bambu yang panjangnya sekitar 30 sentimeter tembus keatas. Semacam tusuk sate tetapi lebih besar sehingga kuat untuk menopang telur ayam yang diletakkan hampir diujung. Ditambah asesori kertas yang digunting berwarna-warni. Ndog abang dapat dimaknai sebagai bayi abang [bayi yang baru saja lahir], sedangkan sunduk bermakna jalan lurus menuju Allah. Adanya jajanan ndog abang ini setidaknya dapat menjadi pengingat kita agar selalu memohon kepada Tuhan untuk ditunjukkan jalan yang lurus. Harapannya dengan berjalan diatas jalan yang lurus kita akan senantiasa bersih seperti bayi abang.

BBM 14 S E K A T E N

BBM 14      S E K A T E N

Buat ananda Muhammad Khalil Azfar. Putra bungsu dari Bapak Arif dan Ibu Yunila Wati di Langsa Aceh Timur. Beberapa waktu lalu menanyakan, “Apakah sekaten itu?”
Untuk menjawabnya Ibu beli buku panduan yang dijual di Koperasi Keraton dengan judul Mengenal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Penyusun Mas Fredy Heryanto. Cetakan ke satu tahun 2009. Diterbitkan oleh Warna Grafika Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 9 F Yogyakarta.
S E K A T E N
Menurut sejarahnya, perayaan Sekaten bermula sejak jaman kerajaan Islam Demak. Meski sebelumnya, ketika jaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk di Majapahit, perayaan  semacam Sekaten yang disebut “SRADA AGUNG” itu sudah ada. Perayaan yang menjadi tradisi kerajaan Majapahit tersebut, berupa persembahan sesaji kepada para dewa, disertai dengan mantra-mantra, sekaligus untuk menghormati arwah leluhur.
Namun ketika Majapahit runtuh, dan kemudian berdiri kerajaan Islam Demak, oleh Raden Patah [Raja Demak pertama] dengan disertai dukungan para wali, perayaan tersebut selanjutnya dialihkan menjadi kegiatan yang bersifat Islami. Serta menjadi sarana pengembangan [syiar] Islam yang dilakukan oleh para wali, dengan membunyikan gamelan yang bernama KYAI SEKATI, pada setiap bulan Mulud [Jawa], dalam rangka perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perayaan itu kemudian disebut SEKATEN [dari kata Sekati].
Pendapat lainnya menyatakan bahwa, kata SEKATEN bersal dari bahasa Arab, yaitu SYAHADATAIN, yang berarti Dua Syahadat atau kesaksian. Dua syahadat itu ialah :
1.       SYAHADAT TAUHID, kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Lafalnya : ASYHADU ALLA ILAAHA ILLALLAH [Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah].
2.       SYAHADAT RASUL, kesaksian atau pengakuan bahwa Nabi Muhammad itu Rasul [utusan] Allah.
Perayaan Sekaten yang diselenggarakan di Kraton Yogyakarta berlangsung dari tanggal 5 hingga 11 Mulud [Rabiul Awal]. Acara ini diawali dengan dibunyikan 2 perangkat gamelan yang bernama KYAI GUNTUR MADU [dari Demak] dan KYAI NAGAWILAGA [ciptaan Sri Sultan HB I] di Bangsal Ponconiti, disertai pemberian sedekah dari Sultan berupa Udhik-udhik, oleh utusan Sultan.
Setelah selesai, kemudian dengan dikawal oleh para prajurit Kraton, 2 perangkat gamelan tersebut dikeluarkan menuju halaman masjid Agung. Selanjutnya gamelan Kyai Guntur Madu ditempatkan di Pagongan Selatan dan Kyai Nagawilaga ditempatkan di Pagongan Utara. Pagongan ialah bangunan berbentuk panggung, yang digunakan untuk menempatkan dan sekaligus untuk membunyikan gamelan Sekaten. Bangunan tersebut ada 2, terletak di halaman depan masjid Agung, di sebelah Selatan dan Utara.
Dengan gending-gending tertentu ciptaan para wali, dibunyikanlah gamelan tersebut secara bergantian selama 7 [tujuh] hari, kecuali Kamis Malam sampai Jumat  siang sehabis sholat Jumat, pada jam 08.00-12.00 wib, 14.00-17.00 wib dan 20.00-24-00 wib. Gending-gending Sekaten yang dibawakan adalah : Rambu-rambu, Rangkung, Lunggadhung, Atur-atur, Andung-andung, Redheng, Jaumi, Gliyung, Salatun, Dhindhang Sabinah, Muru Putih dan Orang-aring, Bayem Tur, Supiyatun, Srundeng Gosong, Sir Tupana, Muhambara, Supangatul Robani dan Ngasuibi. Semula gamelan Sekaten itu memiliki daya panggil yang sangat besar terhadap warga masyarakat, dan mereka berdatangan menyaksikannya. Kepada mereka kemudian diberikan penyuluhan dan penerangan tentang agama Islam. Dan bagi warga masyarakat yang dengan sukarela menyatakan masuk  Islam, diberikan bimbingan untuk mengikrarkan imannya dengan mengucapkan Syahadatain atau dua kalimat Syahadat. Karena terjadi perubahan ucapan maka kata SYAHADATAIN itu berubah menjadi SEKATEN.
Inti dari perayaan ini berupa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 11 Mulud Malam di Serambi Masjid Agung, dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammamad SAW, oleh Abdidalem Penghulu Kraton di hadapan Sultan. Acara ini bersifat resmi. Setelah acara selesai, kemudian 2 perangkat gamelan Sekaten diusung kembali menuju ke Kraton.
Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan.upacara adat Kraton, yaitu Upacara Grebeg Mulud sebagai puncak dari perayaan Sekaten.

                G R E B E G




Grebeg adalah upacara adat di Kraton Yogyakarta yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun untuk memperingati hari besar Islam. Mengenai istilah garebeg ini berasal dari bahasa Jawa “Grebeg”, yang berarti “diiringi para pengikut”. Karena perjalanan Sultan keluar dari istana itu memang selalu diikuti banyak orang, sehingga disebut GAREBEG. Pengertian lain mengatakan bahwa karena gunungan itu diperebutkan warga masyarakat yang berarti digrebeg, maka disebut GAREBEG.
Pelaksanaan upacara tersebut bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti :
1.       GAREBEG SYAWAL, dilaksanakan pada hari pertama bulan Syawal untuk memperingati Hari Raya Lebaran [Idul Fitri].
2.       GAREBEG BESAR, dilaksanakan pada hari ke sepuluh bulan Besar [Dzulhijah] untuk memperingati Hari Raya Qurban [Idul Adha].
3.       GAREBEG MAULUD, dilaksanakan pada hari keduabelas bulan Mulud [Rabiul Awal] untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada setiap upacara Garebeg, Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan kepada rakyatnya. Gunungan tersebut berisi makanan yang dibuat dari ketan, telur ayam, buah-buahan, serta sayuran yang semuanya dibentuk seperti gunung [tumpeng besar] sehingga disebut GUNUNGAN. Gunungan ini sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan kerajaan Mataram.
Upacara adat ini diawali dari halaman Kemandungan Lor [Keben]. Dengan dikawal oleh prajurit Kraton, gunungan yang berada di bangsal Ponconiti dibawa oleh abdi dalem menuju Alun-alun Lor melalui halaman Sitihinggil Lor dan Bangsal Pagelaran. Setibanya di Alon-alun Lor gunungan tersebut disambut dengan tembakan salvo oleh prajurit kraton sebagai penghormatan.
Selanjutnya gunungan tersebut dibawa menuju halaman Masjid Agung untuk dibacakan doa terlebih dahulu oleh Abdidalem Penghulu Kraton, demi kemuliaan Sultan dan kesejahteraan rakyat. Setelah itu gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat yang ingin mendapatkan berkah dari gunungan tersebut.

BBM 13 C L B K


BBM 13   C L B K
Sebuah catatan:
Cerita tentang banjir di Yogyakarta hari Selasa 28 November 2017. Dua setengah halaman cerita sudah siap posting. Eee... terhapus karena belum mahir dalam menggunakan komputer. Gambar yang ada tetap saya tayangkan. Nantinya sebagai bukti bahwa proses belajar memang begitu adanya, perlu diulang-ulang. Terlebih bagi saya, sudah cepat lupa....namun semangat harus tetap terjaga. Semoga.

 
Jembatan putus di Jetis-Taman tirto-Kasihan-Bantul akibat banjir di Yogyakarta pada hari Selasa tanggal 5 Desember 2017